Di tengah hiruk-pikuk politik lokal Kabupaten Purworejo, ada sosok yang tak hanya dikenal karena kiprahnya di legislatif, tetapi juga karena semangatnya untuk memberdayakan perempuan dan keluarga. Dialah Sekar Ati Argorini AMd, yang lebih akrab disapa Bu Ririn, anggota DPRD Kabupaten Purworejo dari Fraksi Demokrat untuk Daerah Pemilihan (Dapil) Purworejo VI yang meliputi Kecamatan Gebang, Loano, dan Bener.
Periode 2024-2029 adalah periode ketiganya sebagai wakil rakyat. Namun, meskipun sudah berpengalaman, semangatnya untuk memperjuangkan perubahan bagi masyarakat tidak pernah pudar. Sejak pertama kali duduk di kursi legislatif, Bu Ririn selalu menempatkan pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan sebagai prioritas utama dalam agenda politiknya.
Sekar Ati Argorini lahir di Purworejo pada 19 September 1973. Sejak kecil, ia tumbuh dalam lingkungan yang sangat sederhana, dan hal itu membentuk pandangannya tentang pentingnya kesetaraan dan keadilan sosial. Perjalanan politiknya dimulai dengan dukungan penuh dari keluarga, terutama suaminya, Sri Siswoko, yang menjabat sebagai Kepala Desa Sendangsari di Kecamatan Bener. Melalui suaminya, Bu Ririn banyak belajar mengenai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat desa, khususnya dalam meningkatkan kualitas hidup keluarga miskin.
“Saya melihat bagaimana perjuangan suami saya sebagai kepala desa dalam mengatasi masalah kesejahteraan warga, terutama di desa-desa terpencil. Saya ingin berkontribusi lebih besar lagi, tidak hanya untuk keluarga saya, tetapi juga untuk masyarakat,” ujar Bu Ririn, mengenang langkah awalnya dalam dunia politik.
Sebagai anggota DPRD yang mewakili Dapil VI, yang terdiri dari Kecamatan Gebang, Loano, dan Bener, Bu Ririn sangat paham betul tantangan yang dihadapi warganya. Angka kemiskinan di wilayah tersebut masih cukup tinggi, dan sebagian besar warga mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Namun, terbatasnya akses pendidikan dan pelatihan keterampilan membuat banyak perempuan di daerah ini terjebak dalam lingkaran kemiskinan.
“Saya percaya perempuan harus diberdayakan, karena mereka adalah kunci utama dalam perubahan ekonomi keluarga. Jika perempuan diberi kesempatan untuk belajar dan berkembang, mereka dapat menjadi agen perubahan dalam menggerakkan ekonomi rumah tangga,” ungkap Bu Ririn dengan penuh keyakinan.
Selain fokus pada pemberdayaan perempuan, Bu Ririn juga sangat menekankan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk mengatasi kemiskinan. Dalam pandangannya, pendidikan adalah kunci untuk membuka peluang yang lebih besar bagi masyarakat. Oleh karena itu, ia berkomitmen untuk terus memperjuangkan peningkatan kualitas pendidikan di wilayahnya, baik dari segi infrastruktur, kualitas pengajaran, maupun akses bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu.
“Saya sering melihat anak-anak di desa yang memiliki potensi besar, tetapi terkendala oleh minimnya fasilitas dan biaya. Maka dari itu, kami perlu bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyediakan beasiswa dan fasilitas pendidikan yang memadai bagi mereka,” tambahnya. (red)