Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Purworejo, Muhammad Abdullah meminta Sekolah Dasar (SD) yang tidak diregrouping harus lebih berprestasi daripada SD yang ditutup. Abdullah tidak ingin nantinya timbul persepsi masyarakat bahwa malah sekolah yang ditutup prestasinya lebih bagus daripada sekolah yang tidak ditutup dalam program regrouping.
Abdullah mengatakan jika SD yang tidak ditutup dalam program regrouping ini patut bersyukur lantaran masih memiliki cukup banyak siswa. Diketahui ada sebanyak 36 SD di Kabupaten Purworejo ditutup dalam program regrouping lantaran siswanya sedikit dan kekurangan tenaga pendidik.
Siswa dari sekolah yang ditutup tersebut kemudian dipindah ke sekolah lain yang lebih dekat, atau bisa memilih sekolah lainnya sesuai keinginan. Program tersebut dijalankan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Purworejo.
“SD yang digabungi (dari SD yang ditutup), tentu menjadi jaminan bahwa SD tersebut tidak akan diregroup, m inimal sampai 2023,” kata Abdullah, Selasa (6/12).
Namun begitu, kata Abdullah, SD yang tidak ditutup dalam program regrouping dan menjadi sekolah baru bagi para siswa yang SD-nya ditutup harus menjadi sekolah yang berprestasi. Agar para siswa dan wali murid yang pindah ke SD baru itu tidak merasa bahwa sekolahnya dulu yang ditutup kualitas guru, sarana prasarana dan yang lainnya lebih baik daripada sekolahnya yang sekarang.
“Karena sekolah yang kemudian tidak di regroup menjadi rujukan dari sekolah yang lain, besok harus mampu menunjukkan bahwa sekolah ini lebih baik, daripada yang ditutup,” jelas Abdullah.
Pihaknya tidak ingin jika nantinya muncul persepsi bahwa sekolah yag ditutup itu prestasinya malah lebih bagus daripada sekolah yang dipertahankan.
“Jangan sampai nanti muncul suara bahwa SD yang ditutup prestasinya malah lebih baik daripada SD yang tidak diregrouping. Ini tantangan, bagi (tenaga guru) jangan sampai terjadi suara dari masyarakat, digabung kok malah dengan SD yang jelek, dari sisi prestasinya,” ucap Abdullah.
Ditambahkan, SD yang menjadi rujukan bagi siswa yang SD-nya ditutup ini, dari sisi sarana prasarana tentunya juga harus lebih baik. Jangan sampai SD yang tidak diregrouping kualitas sarprasnya lebih jelek daripada sekolah yang ditutup.
“Tahun 2023 besok jika banyak sekolah-sekolah baik itu yang mungkin ruang kelasnya kurang bagus, meja kursinya kurang bagus, kita akan sampaikan ke dinas agar menjadi prioritas di tahun 2024,” pungkasnya. (HK)