Potensi kesejarahan Kabupaten Purworejo sangat luar biasa. Sayangnya, hingga sekarang sejarah panjang itu belum direkam dan dicatat dengan baik menjadi sebuah catatan atau buku yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Keinginan soal penulisan buku sejarah Purworejo mengemuka dalam sosialisasi cagar budaya yang diselenggarakan di SMAN 7 Purworejo. “Sejarawan, budayawan, juga pemkab, berharap buku sejarah ini bisa terwujud,” kata Wakil Ketua DPRD Purworejo Kelik Susilo Ardani.
Keinginan itu pun sejalan dengan apa yang ada dalam pemikiran Kelik Susilo Ardani. Menurutnya, keberadaan buku yang diistilahkan ‘Buku Babon’ atau buku induk itu memiliki arti penting.
Kelik mengatakan, keinginan itu adalah hal yang baik dan realistis untuk diwujudkan. “Kami di dewan sangat terbuka dengan masukan-masukan, dan saya kira apa yang disampaikan tentang buku induk sejarah Purworejo itu, sangatlah bagus,” katanya.
Purworejo, katanya, membutuhkan catatan sejarah yang ilmiah. Hal itu penting untuk menguak masa lalu guna menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat luas.
“Saat ini, berdasarkan atas apa yang disampaikan pemerintah, mereka kesulitan menyediakan data misalnya ketika ada mahasiswa yang hendak melakukan penelitian sejarah di Purworejo,” ucapnya.
Kendati demikian, upaya mewujudkan aspirasi tersebut butuh sinergisitas pemerintah kabupaten dan DPRD. “Kami tentu berjuang di ranah tugas kami di legislatif, yakni dalam hal pembuatan regulasi dan anggaran,” tandasnya.(TM)