Perjalanan Politik Sang Mantan Komandan Laskar
Dunia politik bukanlah sesuatu yang baru baginya. Sejak PKB lahir dan membentuk kepengurusan di Purworejo pada tahun 1998, dirinya sudah turun ke lapangan. Eko Taqwa 2000 julukan akrabnya, saat itu masuk di kepengurusan PAC PKB Purworejo Kota.
“Tahun 1998-1999 lagi musim laskar. Hampir semua partai membentuk laskar yang berisi anak-anak muda untuk pawai kampanye. Di PKB saya ditunjuk menjadi komandan laskar se Kabupaten Purworejo membawahi 27 laskar,” kata alumnus Fisipol Hukum Internasional Universitas Darul Ulum Jombang ini saat ditemui di kediamannya, Kelurahan Kledung Kradenan Purworejo.
Selain di PAC dan Komandan Laskar ia mengaku pada Pemilu pertama yang diikuti oleh PKB, dirinya masuk di jajaran Panitia Pemenangan Pemilu (Papilu) Kabupaten Purworejo serta Barisan Bela Bangsa (Balaba) untuk pengamanan kampanye 1999.
Lelaki kelahiran Purworejo 30 April 1973 ini mengaku, pengalaman organisasinya ditempa semasa dirinya masuk kuliah. Ia masuk di organisasi ekstra kampus, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Jombang. Sementara pendidikan non formalnya ia tempuh di Pondok Pesantren Fatkhul Ulum Jombang.
“Setelah Pemilu 1999 saya off dari dunia politik. Saya membangun basis ekonomi dengan merintis usaha toko bangunan Taqwa 2000 sampai sekarang. Namun sempat juga masuk di kepengurusan DPC PKB sebagai wakil bendahara sekitar tahun 2010an serta aktif sebagai pengurus PC GP Ansor,” ungkap bapak dua anak ini.
Suami dari Ratna Juanita tersebut, mengaku selama tidak berkecimpung di dunia politik, dirinya banyak bergaul dengan masyarakat di wilayah Kaligesing melalui majelis mujahadah, pengajian maupun kegiatan-kegiatan pemberdayaan ekonomi.
“Jadi saya sudah berinteraksi lama dengan masyarakat di Dapil I. Jadi perolehan suara sebanyak 3.076 pada Pileg 2019 lalu tidak ujug-ujug karena yang mendorong saya nyaleg juga masyarakat,” tandasnya.
Sesuai dengan latar belakangnya, Eko akan banyak berjuang di wilayah pemberdayaan ekonomi masyarakat, pendidikan dan keagamaan. Ia melihat, di desa-desa banyak anak-anak muda yang memilih merantau karena kesulitan mencari uang di daerah.
“Banyak desa yang kosong karena ditinggal merantau anak mudanya. Padahal, gerbong kebangkitan ekonomi yang dapat menggerakkan adalah anak-anak muda. Jika anak mudanya pergi, lantas siapa yang mau memikirkan kemajuan desanya. Ini PR besar yang harus kita pikirkan bersama,” ujarnya.