Kawal Pembangunan Pesisir Selatan
Terpilih untuk kedua kalinya sebagai anggota DPRD dari Dapil Purworejo 2, Drs Subeno memiliki komitmen untuk mengawal pembangunan di kawasan Purworejo Selatan. Politisi PDI Perjuangan kelahiran Kebumen 3 Maret 1956 ini berhasil meraup dukungan sebanyak 3.940 suara pada Pemilihan Legislatif 2019 lalu.
Sebelum menjadi anggota DPRD, Subeno merupakan Kepala Desa dua periode di Desa Gesing Kecamatan Purwodadi sejak tahun 2006-2012. Melalui DPRD, dirinya memiliki komitmen untuk terus mengawal pembangunan di Purworejo khususnya di wilayah pesisir selatan.
Suami dari Sudarti ini berpandangan bahwan seiring dengan beroperasinya Yogyakarta Internastional Airport, kawasan selatan harus mendapatkan perhatian secara serius dari Pemkab Purworejo.
Dikatakannya, sejumlah obyek wisata di kawasan selatan Purworejo butuh ditangani dengan serius. Pasalnya, potensinya cukup besar. Namun jika tidak mendapat perhatian serius akan tidak akan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat setempat.
Dikatakannya, sedikitnya ada empat destinasi potensial di kawasan selatan yakni Jatimalang, Benteng Pendem, Demang Gedi (mangrove) serta wisata religi Sunan Geseng.
“Kita memang terkendala dasar hukum yakni Perda RTRW. Orang masih menunggu sebelum itu muncul. Dampaknya di sisi selatan ini belum banyak bergerak,” imbuh Subeno yang pernah menjabat sebagai Kades Gesing 2006-2012.
Tidak sekedar wisata, Subeno juga ingin memperjuangkan adanya pemenuhan air bersih. Keberadaan air ini menjadi peluang bagi perusahaan daerah untuk menaguk keuntungan dari pengembangan wilayah.
“Ada yang bisa digarap yakni membuat bendung karet di saluran Lereng Karangsari-Banjaran. Airnya bisa menjadi air baku PDAM,” tambahnya.
Ketersediaan layanan kesehatan juga akan menjadi bagian perjuangan. Setidaknya ada banyak tempat di pinggiran Jaringan Jalan Lintas Selatan (JJLS) yang menjadi pemilihan lokasi.
Dengan rumah sakit berstandar baik menurutnya akan menjadi langkah maju bagi Pemkab. Selama ini di seputaran tempat itu maupun perbatasan dengan Kulonprogo belum ada sebuah rumah sakit yang memadai.
“Yang tidak boleh dilupakan adalah soal pendidikan. Banyak sekolah dasar menganlkan guru honorer. Disisi lain sekolah juga banyak yang rusak. Ini harus benar-benar dikawal,” tambah lelaki yang tercatat sebagai anggota tertua di periode ini.