Kompleks gedung eks Hoogere Kweekschool (HKS) yang sekarang menjadi SMA 7 Purworejo, akhirnya resmi ditetapkan Kemendikbud RI sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional, setelah menjalani proses panjang hingga akhirnya dikawal oleh DPRD Kabupaten Purworejo sejak tahun 2022 lalu. Sebelumnya gedung yang dahulu menjadi tempat belajar sejumlah tokoh ternama di Indonesia itu juga telah ditetapkan menjadi cagar budaya tingkat kabupaten dan provinsi.
Penyerahan SK Penetapan dilakukan bersamaan dengan Ucapara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2023 dan HUT ke-78 PGRI di komplek SMA 7 Purworejo, Sabtu (25/11). Kepala Dindikbud Purworejo, Wasit Diono SSos, tampil sebagai inspektur upacara dihadiri Plt Bupati Purworejo Hj Yuli Hastuti SH, Ketua DPRD Dion Agasi Setiabudi SIKom MSi, Wakil Ketua DPRD Kelik Susilo Ardani SE MIP MAP dan Fran Suharmaji SE MM, Ketua PGRI Purworejo Irianto Gunawan SPd, serta Kepala SMA 7 Purworejo, Niken Wahyuni MPd.
Dalam kesempatan itu, juga digelar Festival Lokal Belajar.id yang dibuka oleh Plt Bupati Purworejo. Usai membuka Festival, Plt Bupati Purworejo merima SK dan sertifikat penetapan kompleks eks Hoogere Kweekshcool Purworejo sebagai situs cagar budaya peringkat nasional yang diserahkan oleh Direktur Perlindungan Kebudayaan Kemendikbud RI, Judi Wahjudin. Penyerahan ditandai dengan membuka tirai yang didalamnya terdapat prasasti yang berisi informasi terkait situs cagar budaya.
Menurut Kelik Susilo Ardani, proses pengusulan HKS ini sudah berjalan sangat lama dengan pengawalan dinas terkait dan sejumlah sejarawan. Pada tahun 2022, DPRD mendengar cerita tentang HKS dan memutuskan untuk mengawal penetapan Cagar Budaya ke tingkat nasional.
“Awalnya itu kita ada kegiatan DPRD Mengajar di SMA 7, lalu kita ada masukan bahwa disini sudah ada proses pengajuan ke provinsi, bahwa ini cagar budaya, tempat bersejarah tapi belum ada legal formal, itu sekitar tahun 2022, kemudian kita telusuri, lalu kita ke kementerian, kita menginformasikan ke kementerian,” terangnya, usai penyerahan SK Penetapan.
Diungkapkan, sejarah HKS di Purworejo ini sebenarnya sangat monumental. Sekolah ini pernah menjadi tempat menimba ilmu para tokoh seperti Otto Iskandardinata, kakek Sandiaga Uno, HR Abdullah Rahman bin Ali Rahman, serta para tokoh lainnya. HKS ini juga merupakan cikal bakal para guru yang ada di Indonesia.
“Saat di kementerian itu terkuak bahwa sejarah Purworejo adalah sekolah guru pertama kali di Indonesia, dan narasi itu disampaikan bahwa data itu valid dari museum Belanda, narasinya jelas sekali, sampai yang membuat denah dari Belanda semua. Kemudian mulai saat itu DPRD menginisiasi, untuk mengangkat bahwa Purworejo ini mempunyai sejarah besar tentang guru,” ungkapnya.
Niken Wahyuni mengatakan, sesuai dengan sejarahnya, HKS saat ini sudah bermetamorfosis menjadi SMA 7 Purworejo. Untuk penetapan Cagar Budaya tingkat nasional ini sudah diperjuangkan sejak satu tahun lalu.
“Tingkat kabupaten kita peroleh awal 2022, kemudian maju tingkat provinsi, lalu langsung ke nasional. SK tertanggal 15 Agustus 2023. Kedepan sebagai sekolah cagar budaya nasional kita akan melestarikan, dan mengembangkan supaya cagar budaya ini tidak menjadi ikon saja tapi bermanfaat bagi semua masyarakat. Ini luas tanahnya 4,6 hektar, dengan bangunan lengkap mulai dari kelas, asrama, kantor, asrama guru, fasilitas olahraga, gedung kesenian juga,” terangnya.
Pihaknya berharap, pasca penetapan ini semua stakeholder dapat berkolaborasi membangun sekolah ini, baik dari fisik hingga nonfisik.
Sementara itu, Judi Wahjudin mengungkapkan bahwa setelah lebih kurang satu tahun, akhirnya proses penetapan gedung eks HKS ini dapat diselesaikan.
“Momentumnya sangat pas, pas hari guru, saya melihat semangat betul, Purworejo mengawal bangunan ini menjadi Cagar Budaya, semoga gedung ini biaa menjadi manfaat bagi kita semua,” ungkapnya.
Peringatan HGN di SMAN 7 berlangsung meriah diisi dengan berbagai penampilan pertunjukan seni siswa dan stand pameran. Kegiatan ini diikuti oleh sekolah, mulai dari tingkat TK sampai SMP. Ada pula pameran museum arsip.